Rabu, 12 Februari 2014
Sejarah Asal Mula Ninja
Tag
Pengatahuan
Ninja atau Shinobi (忍者 atau 忍び?),
adalah seorang pembunuh yang terlatih dalam seni Ninjutsu (secara kasarnya
"seni pergerakan sunyi") Jepang. Dalam bahasa Jepang sendiri, secara
harfiah berarti "seseorang yang bergerak secara rahasia".
Ninja, layaknya "Samurai",
mematuhi peraturan khas mereka sendiri, yang disebut Ninpo. Menurut sebagian
pengamat Ninjutsu, keahlian seorang Ninja bukanlah membunuh, akan tetapi
penyusupan. Ninja berasal dari bahasa Jepang yang berbunyi "Nin" yang
artinya menyusup. Jadi, keahlian khusus seorang Ninja adalah menyusup dengan
atau tanpa suara.
A. Definisi Secara Luas
Ninja biasanya segera dikaitkan dengan sosok yang terampil dalam
ilmu beladiri, ahli menyusup, dan serba misterius, seperti yang tampak di dalam
film atau manga (komik Jepang). Kata Ninja terbentuk dari dua suku kata, yaitu
"Nin" (忍?)
dan "Sha" (者?),
yang masing-masing artinya, adalah Nin "tersembunyi" dan Sha
"orang". Jadi Ninja adalah mata-mata profesional pada zaman feodal
Jepang.
Sejarah Ninja sendiri sangat sulit
dilacak. Informasi mengenai keberadaan mereka tersimpan rapat-rapat dalam
dokumen-dokumen rahasia.
Ninja juga bisa diartikan sebagai nama
yang diberikan kepada seseorang yang menguasai dan mendalami seni bela diri
Ninjutsu. Nin artinya "pertahanan" dan Jutsu adalah "seni atau
cara". Kata Ninja juga diambil dari kata Ninpo. Po artinya "falsafah
hidup" atau dengan kata lain, Ninpo adalah falsafah tertinggi dari ilmu
beladiri Ninjutsu yang menjadi dasar kehidupan seorang Ninja. Jadi, Ninja akan
selalu waspada dan terintregasi pada prinsip Ninpo.
Ninja merupakan mata-mata profesional
di zaman ketika para samurai masih memegang kekuasaan tertinggi di pemerintahan
Jepang, abad ke-12. Pada abad ke-14, pertarungan memperebutkan kekuasaan
semakin memanas, informasi tentang aktivitas, dan kekuatan lawan menjadi
penting, para Ninja pun semakin aktif.
Para Ninja dipanggil oleh Daimyo
(orang yang memiliki pengaruh besar di suatu wilayah) untuk mengumpulkan
informasi, merusak, dan menghancurkan gudang persenjataan ataupun gudang
makanan, serta untuk memimpin pasukan penyerbuan di malam hari. Karena itu
Ninja memperoleh latiham khusus. Ninja tetap aktif sampai Zaman Edo
(1600-1868), dimana akhirnya kekuasaan dibenahi oleh pemerintah di Zaman Edo.
B. Asal-Usul Ninja
Kemunculan Ninja pada tahun 522 berhubungan erat dengan masuknya
seni "Nonuse" ke Jepang. Seni nonuse inilah yang membuka jalan bagi
lahirnya Ninja.
Seni Nonuse atau yang biasa disebut seni bertindak diam-diam,
adalah suatu praktek keagamaan yang dilakukan oleh para pendeta yang pada saat
itu bertugas memberikan informasi kepada orang-orang di pemerintahan. Sekitar
tahun 645, pendeta-pendeta tersebut menyempurnakan kemampuan bela diri dan
mulai menggunakan pengetahuan mereka tentang nonuse untuk melindungi diri dari
intimidasi pemerintah pusat.
Pada tahun 794-1192, kehidupan
masyarakat Jepang mulai berkembang dan melahirkan kelas-kelas baru berdasarkan
kekayaan. Keluarga kelas ini saling bertarung satu dengan lainnya dalam usaha
menggulingkan kekaisaran. Kebutuhan keluarga akan pembunuh dan mata-mata
semakin meningkat untuk memperebutkan kekuasaan. Karena itu permintaan akan
para praktisi nonuse semakin meningkat. Inilah awal kelahiran Ninja.
Pada abad ke-16, Ninja sudah dikenal
dan eksis sebagai suatu keluarga atau klan di kota Iga atau Koga. Ninja pada
saat itu merupakan profesi yang berhubungan erat dengan intelijen tingkat
tinggi dalam pemerintah feodal para raja di Jepang. Berdasarkan hal itu,
masing-masing klan memiliki tradisi mengajarkan ilmu beladiri secara rahasia
dalam keluarganya saja.
Ninja merupakan mata-mata profesional
di zaman ketika para samurai masih memegang kekuasaan tertinggi di pemerintahan
Jepang, abad ke-12. Pada abad ke-14, pertarungan memperebutkan kekuasaan
semakin memanas, informasi tentang aktivitas, dan kekuatan lawan menjadi
penting, para Ninja pun semakin aktif.
Para Ninja dipanggil oleh Daimyo
(orang yang memiliki pengaruh besar di suatu wilayah) untuk mengumpulkan
informasi, merusak, dan menghancurkan gudang persenjataan ataupun gudang
makanan, serta untuk memimpin pasukan penyerbuan di malam hari. Karena itu
Ninja memperoleh latiham khusus. Ninja tetap aktif sampai Zaman Edo
(1600-1868), dimana akhirnya kekuasaan dibenahi oleh pemerintah di Zaman Edo.
C. Asal-Usul Ninja
Kemunculan
Ninja pada tahun 522 berhubungan erat dengan masuknya seni "Nonuse"
ke Jepang. Seni nonuse inilah yang membuka jalan bagi lahirnya Ninja.
Seni
Nonuse atau yang biasa disebut seni bertindak diam-diam, adalah suatu praktek
keagamaan yang dilakukan oleh para pendeta yang pada saat itu bertugas
memberikan informasi kepada orang-orang di pemerintahan. Sekitar tahun 645,
pendeta-pendeta tersebut menyempurnakan kemampuan bela diri dan mulai
menggunakan pengetahuan mereka tentang nonuse untuk melindungi diri dari
intimidasi pemerintah pusat.
Pada
tahun 794-1192, kehidupan masyarakat Jepang mulai berkembang dan melahirkan
kelas-kelas baru berdasarkan kekayaan. Keluarga kelas ini saling bertarung satu
dengan lainnya dalam usaha menggulingkan kekaisaran. Kebutuhan keluarga akan
pembunuh dan mata-mata semakin meningkat untuk memperebutkan kekuasaan. Karena
itu permintaan akan para praktisi nonuse semakin meningkat. Inilah awal
kelahiran Ninja.
Pada
abad ke-16, Ninja sudah dikenal dan eksis sebagai suatu keluarga atau klan di
kota Iga atau Koga. Ninja pada saat itu merupakan profesi yang berhubungan erat
dengan intelijen tingkat tinggi dalam pemerintah feodal para raja di Jepang.
Berdasarkan hal itu, masing-masing klan memiliki tradisi mengajarkan ilmu beladiri
secara rahasia dalam keluarganya saja.
Gerakan beladiri Ninjutsu hanya tendangan, lemparan, patahan,
dan serangan. Kemudian dilengkapi dengan teknik pertahanan diri seperti
bantingan, berputar, dan teknik bantu, seperti : meloloskan diri, mengendap,
dan teknik khusus lainnya. Namun, dalam prakteknya, Ninja menghindari kontak
langsung dengan lawannya.
Oleh karena itu, berbagai alat lempar,
lontar, tembak, dan penyamaran lebih sering digunakan. Berbeda dengan seni
beladiri lain, Ninjutsu mengajarkan teknik spionase, sabotase, melumpuhkan
lawan, dan menjatuhkan mental lawan. Ilmu tersebut digunakan untuk melindungi
keluarga Ninja mereka. Apa yang dilakukan Ninja memang sulit dimengerti. Pada
satu sisi harus bertempur untuk melindungi, di sisi lain Ninja harus menerapkan
"berperilaku kejam dan licik" saat menggunakan jurus untuk menghadapi
lawan.
Di sisi lain ajaran ninpo memberi
petunjuk, bahwa salah satu tujuan Ninjutsu, adalah mengaktifkan indra keenam
mereka. Perpaduan intuisi dan kekuatan fisik pada jangka waktu yang lama,
memungkinkan para Ninja untuk mengaktifkan indra keenamnya, sehingga dapat
mengenal orang lain dengan baik dan mengerti berbagai persoalan dalam berbagai
disiplin ilmu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar